Rute yang
jelas.Tanjakan yang bervariasi.Jarak tempuh yang relatif singkat. Kondisi udara
yang bersahabat. Memang benar, Burangrang sangat cocok untuk pendakian pertama,
untuk pendakian yang singkat.
Diriwayatkan dari orang lokal bahwa Bandung sebenarnya
adalah dasar dari danau yang terbentuk dari letusan Gunung Sunda yang
dikelilingi rangkaian gunung dan bukit. Burangrang menjadi tepi mangkuk
tertinggi di antara tinggian yang mengelilingi kota sejuta kembang ini, dengan ketinggian
2050 mdpl.
# Akses
Berlokasi di Cisarua Kab. Bandung, gunung ini dapat ditempuh
dengan mudah dari pusat kota Bandung dengan transportasi sejuta umat. Rute
ditempuh dengan menumpang supir angkot biru jurusan Cicaheum-Ledeng atau warna putih Kalapa-Ledeng dengan imbalan 3000
rupiah(dari Dago) menuju Terminal Ledeng, kemudian dilanjutkan angkot putih
Ledeng-Parongpong cukup dengan 4000
rupiah Anda akan berhenti di terminal angkot Parongpong. Namun saya tak
merekomendasikan untuk turun di terminal Parongpong karena dari terminal
Parongpong jarak Gerbang Komando masih jauh. Anda butuh mencari kendaraan lagi.
Bila mau, cobalah bernegosiasi harga dengan supir angkot
untuk membawa Anda hingga persimpangan beberapa ratus meter setelah Gerbang Komando :kanan menuju
registrasi Gunung Burangrang dan kiri menuju Pondok Aa Gym. Sekadar berbagi,
saya mendapat harga 8000 tiap orang untuk perjalanan Ledeng-Persimpangan.
Dari persimpangan ini kita mesti berjalan sekitar 10 menit
untuk mencapai kantor registrasi pendakian. Jalan yang dilalui naik namun tidak
menanjak tajam. Perlu diperhatikan, Gunung Burangrang merupakan area latihan gunung hutan Kopassus. Maka
dari itu perizinan pendakian dilakukan pada seorang bapak
tinggi-tegap-kekar-besar yang kemudian kami ketahui bernama Pak Tantan.
Bolehlah saya bercurah hati, Pak Tantan sang prajurit baret merah ini orangnya “cair”,
kami saja dipanggil “bro”.
![]() |
Pengarahan dari Pak Tantan |
#Perkenalan
Sambutan perdana tampak membahagiakan. Jalan yang cukup
lebar dengan vegetasi pinus di
kanan-kiri jalan. Jalur terlihat jelas sebelum beranjak menuju hutan yang
sebenarnya. Terdapat tiga puncak
bayangan dan satu puncak sejati di ketinggian 2050 mdpl. Kalau tak cermat
memperhatikan, sepanjang perjalanan Anda mungkin tak akan menemukan plang kira-kira
10x30 cm bertuliskan “PUNCAK” dan “SATGANA” yang tertancap pada pohon.
![]() |
plang puncak bayangan |
Saya sendiri
pun hanya menjumpai satu plang dari tiga puncak bayangan, terlepas dari berapa
sebenarnya plang yang dipasang. Oleh karena ada banyak puncak bayangan, jalan tidak
selamanya menanjak. Akan didapati bonus beberapa
kali jalan menurun saat perjalanan. Mari bersorak kegirangan.Oh ya, dari
kejauhan juga akan tampak Situ Lembang yang duduk manis di kejauhan. Sebuah
danau buatan jaman kumpeni yang kini juga digunakan latihan perang oleh pasukan
elit Kopassus.
![]() |
sambutan pertama |
![]() |
lanskap Situ Lembang |
# Kondisi Medan
Rute Burangrang termasuk
bervariasi. Jalan yang lengang, setapak normal, jurang di kiri-kanan,
lereng yang benar-benar mencapai lembah di sisi kanan jalan, ataupun jalan dengan
vegetasi yang lebat. Bicara soal tanjakan, Burangrang boleh masuk dalam
kategori “grade A”. Tanjakan yang mesti dilalui untuk mencapai puncak cukup
banyak namun tak berlebihan. Bila masih newbie,
ada baiknya membawa tali webbing atau tambang kecil. Terlebih bila Anda seorang
perempuan (tidak bermaksud meremehkan). Elevasi
tanjakan sekitar 60 derajat berbatu maupun tanah lempung yang licin. Saat saya
tak sengaja menendang batu, batu itu menggelinding hingga lima meter lebih. Namun
bila sudah berpengalaman, tak membawa tali pun tak apa.
![]() |
jalan setapak |
![]() |
salah satu tanjakan sedang |
Butuh waktu 2-3 jam
untuk mencapai puncak tertinggi Burangrang. Saya butuh waktu dua seperempat
jam. Itupun sudah termasuk beberapa kali istirahat karena rekan saya baru
pertama kalinya mendaki. Mungkin Anda dapat mencapainya kurang dari dua jam
bila berjalan cepat konstan dengan sedikit break. Telah dibuktikan, tidak minum sama sekali
dari gerbang awal hingga puncak tertinggi 2050 mdpl pun memungkinkan. Puncak
Burangrang bukanlah padang yang luas, hanya sekitar 5x5 meter dengan tugu triangulasi setinggi 2,5 meter
berwarna merah putih dengan saka merah putih di atasnya. Sayang sekali banyak
pendaki yang meninggalkan sampah di sini. Melanggar semboyan pendaki: leave nothing but footprints.
![]() |
seorang teman berpose pada penanda puncak |
![]() |
"mendaki" tugu triangulasi |
# Catatan
Karena sedang musim hujan, medan kembali “perawan” seperti
belum terjamah. Oleh karena itu harus berhati-hati. Ketika turun, cobalah untuk
membuka kaki agak lebar agar tak mudah
terpeleset. Ambillah sisi kiri-kanan jalan setapak bila samping bukan
jurang. Hal ini terbukti membantu mengurangi intensitas terpeleset, bahkan
menghindari sama sekali.
![]() |
mendaki itu menyenangkan |
Perjalanan turun tak ada hambatan kecuali tetes air hujan
yang melicinkan medan. Berhati-hati dan
tidak buru-buru adalah pilihan terbaik. Tercatat, waktu yang kami butuhkan 2 jam kurang 15 menit. Tidak buruk bagi
teman saya yang baru pertama kalinya berkenalan dengan medan . One day
hiking di Gunung Burangrang
menjadi pilihan yang sempurna untuk Anda mencoba-coba. Silakan catat, Anda
hanya perlu membawa barang-barang ini:ransel berisi air 1, 5 liter, makanan
(roti atau nasi), jas hujan, P3K, tali webbing, trash bag, kemudian sepatu/sandal
gunung, jaket, dan tentunya tekad baja jiwa bahagia. Selamat mencoba!