Pages

Kamis, 12 Desember 2013

Burangrang Short Hiking, Sempurna untuk Pemula

Rute yang jelas.Tanjakan yang bervariasi.Jarak tempuh yang relatif singkat. Kondisi udara yang bersahabat. Memang benar, Burangrang sangat cocok untuk pendakian pertama, untuk pendakian yang singkat.

Diriwayatkan dari orang lokal bahwa Bandung sebenarnya adalah dasar dari danau yang terbentuk dari letusan Gunung Sunda yang dikelilingi rangkaian gunung dan bukit. Burangrang menjadi tepi mangkuk tertinggi di antara tinggian yang mengelilingi kota sejuta kembang ini, dengan ketinggian 2050 mdpl.   

# Akses

Berlokasi di Cisarua Kab. Bandung, gunung ini dapat ditempuh dengan mudah dari pusat kota Bandung dengan transportasi sejuta umat. Rute ditempuh dengan menumpang supir angkot biru jurusan Cicaheum-Ledeng atau warna putih Kalapa-Ledeng dengan imbalan 3000 rupiah(dari Dago) menuju Terminal Ledeng, kemudian dilanjutkan angkot putih Ledeng-Parongpong cukup dengan 4000 rupiah Anda akan berhenti di terminal angkot Parongpong. Namun saya tak merekomendasikan untuk turun di terminal Parongpong karena dari terminal Parongpong jarak Gerbang Komando masih jauh. Anda butuh mencari kendaraan lagi.

Bila mau, cobalah bernegosiasi harga dengan supir angkot untuk membawa Anda hingga persimpangan beberapa ratus meter setelah Gerbang Komando :kanan menuju registrasi Gunung Burangrang dan kiri menuju Pondok Aa Gym. Sekadar berbagi, saya mendapat harga 8000 tiap orang untuk perjalanan Ledeng-Persimpangan.

Dari persimpangan ini kita mesti berjalan sekitar 10 menit untuk mencapai kantor registrasi pendakian. Jalan yang dilalui naik namun tidak menanjak tajam. Perlu diperhatikan, Gunung Burangrang merupakan area latihan gunung hutan Kopassus. Maka dari itu perizinan pendakian dilakukan pada seorang bapak tinggi-tegap-kekar-besar yang kemudian kami ketahui bernama Pak Tantan. Bolehlah saya bercurah hati, Pak Tantan sang prajurit baret merah ini orangnya “cair”, kami saja dipanggil “bro”.
Pengarahan dari Pak Tantan

#Perkenalan

Sambutan perdana tampak membahagiakan. Jalan yang cukup lebar dengan vegetasi pinus di kanan-kiri jalan. Jalur terlihat jelas sebelum beranjak menuju hutan yang sebenarnya. Terdapat tiga puncak bayangan dan satu puncak sejati di ketinggian 2050 mdpl. Kalau tak cermat memperhatikan, sepanjang perjalanan Anda mungkin tak akan menemukan plang kira-kira 10x30 cm bertuliskan “PUNCAK” dan “SATGANA” yang tertancap pada pohon. 
plang puncak bayangan
Saya sendiri pun hanya menjumpai satu plang dari tiga puncak bayangan, terlepas dari berapa sebenarnya plang yang dipasang. Oleh karena ada banyak puncak bayangan, jalan tidak selamanya menanjak. Akan didapati bonus beberapa kali jalan menurun saat perjalanan. Mari bersorak kegirangan.Oh ya, dari kejauhan juga akan tampak Situ Lembang yang duduk manis di kejauhan. Sebuah danau buatan jaman kumpeni yang kini juga digunakan latihan perang oleh pasukan elit Kopassus.
sambutan pertama
lanskap Situ Lembang
# Kondisi Medan

Rute Burangrang termasuk  bervariasi. Jalan yang lengang, setapak normal, jurang di kiri-kanan, lereng yang benar-benar mencapai lembah di sisi kanan jalan, ataupun jalan dengan vegetasi yang lebat. Bicara soal tanjakan, Burangrang boleh masuk dalam kategori “grade A”. Tanjakan yang mesti dilalui untuk mencapai puncak cukup banyak namun tak berlebihan. Bila masih newbie, ada baiknya membawa tali webbing atau tambang kecil. Terlebih bila Anda seorang perempuan (tidak bermaksud meremehkan). Elevasi tanjakan sekitar 60 derajat berbatu maupun tanah lempung yang licin. Saat saya tak sengaja menendang batu, batu itu menggelinding hingga lima meter lebih. Namun bila sudah berpengalaman, tak membawa tali pun tak apa.
jalan setapak

salah satu tanjakan sedang
Butuh waktu 2-3 jam untuk mencapai puncak tertinggi Burangrang. Saya butuh waktu dua seperempat jam. Itupun sudah termasuk beberapa kali istirahat karena rekan saya baru pertama kalinya mendaki. Mungkin Anda dapat mencapainya kurang dari dua jam bila berjalan cepat konstan dengan sedikit break. Telah dibuktikan, tidak minum sama sekali dari gerbang awal hingga puncak tertinggi 2050 mdpl pun memungkinkan. Puncak Burangrang bukanlah padang yang luas, hanya sekitar 5x5 meter dengan tugu triangulasi setinggi 2,5 meter berwarna merah putih dengan saka merah putih di atasnya. Sayang sekali banyak pendaki yang meninggalkan sampah di sini. Melanggar semboyan pendaki: leave nothing but footprints.
seorang teman berpose pada penanda puncak

"mendaki" tugu triangulasi
# Catatan

Karena sedang musim hujan, medan kembali “perawan” seperti belum terjamah. Oleh karena itu harus berhati-hati. Ketika turun, cobalah untuk membuka kaki agak lebar agar tak mudah terpeleset. Ambillah sisi kiri-kanan jalan setapak bila samping bukan jurang. Hal ini terbukti membantu mengurangi intensitas terpeleset, bahkan menghindari sama sekali.

mendaki itu menyenangkan
Perjalanan turun tak ada hambatan kecuali tetes air hujan yang melicinkan medan. Berhati-hati  dan tidak buru-buru adalah pilihan terbaik. Tercatat, waktu yang kami butuhkan 2 jam kurang 15 menit. Tidak buruk bagi teman saya yang baru pertama kalinya berkenalan dengan medan . One day hiking di Gunung Burangrang menjadi pilihan yang sempurna untuk Anda mencoba-coba. Silakan catat, Anda hanya perlu membawa barang-barang ini:ransel berisi air 1, 5 liter, makanan (roti atau nasi), jas hujan, P3K, tali webbing, trash bag, kemudian sepatu/sandal gunung, jaket, dan tentunya tekad baja jiwa bahagia. Selamat mencoba!



5 komentar:

  1. Tulisanmu keren wan, aku bisa membayangkan keadaan di sana. Mantap lah pendaki jurnalis yang satu ini, hehe. Two thumbs up! :)

    BalasHapus
  2. wehehe, terimakasih pai, semoga next chance lo bisa ikut yaa..kan yang Papandayan kemarin belum nyampe puncak, hehe..

    BalasHapus
  3. Asli le, keren. *sopo hayo*

    BalasHapus
  4. Haha sopo iki, nganggo "le" biasane...hehe,

    BalasHapus
  5. Saya baru tadi kesana cuman pass nyampe di puncak semua ketutup kabut pokok nya perjalanan nya juara banget mantul

    BalasHapus