![]() |
Kita tak pernah benar-benar berpisah, hanya pergi sejenak untuk kemudian bertatap muka kembali (Itch) |
“Tak kan bercerai, walau kita kan terurai dalam alun
suara..We are Forza Esperanza Sillnova!” terdengar merdu mengharu di bagian
belakang Gedung Serba Guna pada Sabtu, 25 Mei 2013 seusai kami menikmati
karnaval perpisahan Foranza, persembahan junior kami Astonic DR. Sudah pasti
hanya partisi lirik ini saja yang tercetak tebal bergaris bawah, mengingat
ketika belum habis bulan Mei pun, Foranza akan terurai selamanya, dari satu
titik─Kampus
Insan Cendekia─ke empat penjuru mata angin entah seberapa jauh jaraknya.
Pertemuan manis Juli tiga tahun silam mau tak mau menuntut
perpisahan pada akhir Mei tahun ini. Maka tidaklah salah bila Foranza berusaha menjalani
serangkaian momen insidental dengan sepenuh hati sebagai buah tangan kenangan
manis yang dibawa menuju fase hidup selanjutnya. Diantaranya adalah Petuah Pak
Away, BINGO, dan persembahan terakhir Foranza untuk Civitas Insan Cendekia,
F-16.
Petuah Pak Away
Izinkan saya menduga. Yakni ketika bayi-bayi penyu yang baru
saja menetas hendak dilepas ke lautan oleh induknya, ada saat dimana induk
penyu berbisik─dengan bahasa yang tak kita pahami─pada bayinya, “Nak, di lautan
akan banyak kau temui ombak besar , karang, dan ikan-ikan yang mengancam
jiwamu. Kuatkan dirimu, Nak.Jaga dirimu baik-baik.”
Hal ini terjadi pula ketika kami hendak hengkang dari Insan
Cendekia. Seorang guru agama mengadakan pertemuan dengan kami, menyampaikan
nasihat, kisah-kisah lama yang dapat memberi pelajaran berharga, yang akhirnya
ditutup dengan harapan beliau agar kami semua─Foranza Silnnova─benar-benar
mampu menjadi Insan Cendekia yang membawa kebaikan bagi Bangsa Indonesia.
Ada tiga kali tatap muka. Pertama membahas aliran sesat, yang
menceritakan bahwa beberapa tahun lalu NII pernah meracuni salah seorang siswi
Insan Cendekia. Hari kedua yang berlokasi di “padang rumput” samping masjid
membahas masalah balada cinta anak muda, yang disinyalir telah dengan pesat
menjangkiti hati-hati Foranza─yang semakin hari semakin menuju kematangan (atau
kesiapan?).ahaha, sedikit banyak pastilah banyak yang tersinggung #eh.
Sedang sesi terakhir adalah perihal peta hidup yang kami buat di
tahun kedua. Beberapa diminta saling menceritakan peta hidup teman sebelah saat
itu. Sesi ini dihelat di perpustakaan. Suasana riuh saat Pak Away menunjukkan
kami seonggok─puluhan undangan pernikahan alumni Insan Cendekia, baik seorang
alumni dengan orang lain sepeti Kak Urfa misalnya, maupun alumni yang jua
berjodoh dengan alumni. Haha, masih menjadi misteri bagi setiap hati anak-anak
Foranza:dengan siapa, dan siapa yang pertama kali.
BINGO
Berkepanjangan Bombastonic Carnival Given for Foranza, sebuah
tradisi acara perpisahan bagi senior persembahan adik kelas paling kecil di
Insan Cendekia. Meriah. Fantastis. Megah. Penuh Kejutan.Kerja keras di Moment
13.44 kami terbayarkan.
Acara diisi dengan performance musik, dance, dan pantomim. Kami cukup
terhibur, dan mata kami cukup tersegarkan dengan dekorasi ice carving setinggi
50-an cm yang terpajang di depan panggung. Ada juga penganugerahan award untuk
Foranza untuk beberapa kategori:Terpayphone, Tersaung, Terombang-ambing,
Termamen, dst.
Perhelatan ini berlangsung hingga pukul 12 siang, untuk kemudian
dilanjutkan dengan Garden Party di belakang GSG. Beberapa teman ada yang telah
berganti kostum, namun masih banyak pula yang memakai kostum acaranya. Sesi
Garden Party ini terkesan lebih santai. Kami bercakap-cakap sambil mendengarkan
permainan musik beberapa teman, FlashMob (pernah dengar?). Acara dipungkasi
dengan penerbangan balon helium dan pemberian bantal kuning lucu sebagai
kenang-kenangan. Ke Bekasi ngga boleh
panik, Makasih Astonic!!!
F-16
Setelah BINGO selesai, Foranza langsung bergegas untuk
mempersiapkan acara persembahan terakhir dari Foranza untuk Civitas Insan
Cendekia: F-16. Sebuah acara sederhana berisi penampilan drama panjang
mahakeren yang ditampilkan dengan segala kreativitas otak kanan Foranza, yang
ditutup dengan kejutan bagi Insan Cendekia: Sky Lentern atau Lentera Terbang.
Seperti Crexpo, kami hanya butuh waktu singkat untuk
mengkonsep acara ini. Ya, sejak 1 minggu sebelum acara kami merencanakan
segalanya dari nol:bagaimana persembahan terakhir ini akan begitu mengena di
hati para junior.
Drama yang dipertunjukkan adalah sebuah perjalanan panjang,
dinamika kehidupan Foranza selama 3 tahun bertualang di Insan Cendekia. Tentu
saja diawali dengan Pekan T’aruf Siswa diikuti dengan serangkaian momen-momen
manis yang cukup menarik untuk diceritakan─I-Fun, Homestay, Sonlis, I-Care, LDK,
dll─dan diakhiri dengan Graduation Day. Penonton bersorak, yang kemudian
diikuti dengan sorakan dalam hati kami yang buncah atas keberhasilan drama ini.
Malam yang ditemani bulan purnama bulat terang sempurna mencapai
klimaks ketika langit gelap di atas kami bertaburan cahaya lentera yang
bersama-sama kami terbangkan. Setiap satu lentera diterbangkan oleh 9 orang
yang anggotanya berbaur antara kami, Magnivic, dan Astonic. Lentera ini
menggunakan konsep udara yang memuai hasil pembakaran tak sempurna ramuan bahan
bakar buatan tangan kami.
Sebelum menerbangkannya ke langit, kami menggumamkan doa dan segala
cita kami di masa depan. Dan suasana menjadi begitu romantis ketika
lentera-lentera itu terbang. Kami semua terpesonakan, menjerit dalam hati─betapa
Allah telah membuat malam minggu terakhir ini begitu indah. Terlebih kami bisa
berkumpul dengan orang-orang tersayang yang memberi kami seribu warna di Insan
Cendekia. Terima kasih Foranza! Kejutanmu memang tak ada habisnya!
Hari
Berpulang
Mei belum juga berakhir, namun tampaknya Foranza telah mencapai
peraduan. Adalah Rabu, 29 Mei 2013, 116 merpati dilepasliarkan ke semesta luas,
membawa pesan-pesan kebaikan pada dunia. Ya, kami diwisuda, melepaskan status siswa,
mengenakan status alumni yang terbebankan menjaga nama baik Insan Cendekia.
Mengenakan setelan jas hitam-abu yang elegan bagi laki-laki, dan
kebaya krem anggun bagi teman saya yang perempuan, kami melangkah santai meniti
karpet merah memasuki GSG─tempat kami pertama kali berkumpul tiga tahun silam.
Kami menjalani prosesi wisuda dengan khidmat. Maju satu per satu
menerima selongsong dan kalungan medali dari para petinggi sekolah, lalu berjalan ke
panggung dan berbaris pada podium yang telah disiapkan. Syahdu. Sedih bercampur
bangga. Dengan ini kami harus rela meninggalkan Insan Cendekia, sekolah yang
memberi kami segalanya.
Selepas acara, kami masih berhimpun di sana. Bermaaf-maafan dengan
para guru, memohon keikhlasan para orang tua kedua kami ini, berterima kasih
dan memohon restu agar kami mampu merengkuh kesuksesan di masa depan. Juga
meminta maaf dan berpeluk erat antara kami yang telah menjalani seribu hari berarti bersama-sama,yang akan
terus terkenang:segala momen yang mewakili klausa perjuangan menuntut ilmu dan
menenun erat benang-benang persahabatan.
Dan dengan ini, kami berpulang sejenak untuk kemudian bertegur,
berjabat tangan, dan berpeluk erat
kembali di belahan bumi yang lain. Sampai jumpa kembali, Foranzaku :)