Pages

Selasa, 29 Oktober 2013

Mt.Papandayan:Trek Gampang, Jalur Gamang



Akan tetap saya sisihkan sesingkat apa pun waktu untuk menyapa riang dedaunan di sekian ribu di atas permukaan laut sana. Dan kali ini adalah momen untuk salah satu gunung di lingkar Garut “Switzerland van Java” : Papandayan. Satu gunung api berketinggian 2.665 mdpl berjarak 70 km dari kota Bandung dengan panorama yang beraneka. 

Kenapa beraneka, karena Anda akan menemukan banyak jenis kenampakan alam di sini. Mulai dari bukit kapur, letupan-letupan kawah belerang, sungai dengan air terjun mungil, aliran air belerang yang tak boleh Anda minum, tebing curam di samping jalur mendaki Anda, bukit coklat-hijau tua di kejauhan, hingga padang Edelweiss di ketinggian 2.400 mdpl yang akan mendamaikan suasana hati.

jalanan 10 menit pertama

Gunung dengan padang Edelweiss terluas di Indonesia ini memang cocok bagi mereka yang baru mengenal dunia daki-mendaki. Treknya yang relatif mudah dibanding gunung lain dengan lebar jalur yang cukup dan elevasi yang landai. Bahkan hingga ketinggian 2.200 mdpl, masih ada orang yang mampu menempuhnya dengan sepeda motor.

area belerang, memakai masker akan cukup menolong

trek landai
Start dari lapangan parkir Papandayan, Anda hanya perlu waktu dua jam untuk mencapai tanah lapang perkemahan Pondok Saladah. Tercatat pada hari itu, sebanyak 600 orang mendaftar untuk menjejaki gunung ini. Pondok Saladah ini berupa sebidang tanah yang sangat luas, yang sepertinya telah disiapkan Sang Maha Esa untuk para pendaki. Sampai di Pondok Seladah, sebaiknya langsung mendirikan tenda agar dapat beristirahat segera.
Pondok Saladah
Untuk mencapai puncak, terdapat dua jalur yang ditawarkan, yakni Spider dan Death Valley. Jalur Spider akan langsung mengantarkan Anda ke puncak Gunung Papandayan, sedang dengan jalur Death Valley/Lembah Mati, Anda akan diajak mampir ke Tegal Alun terlebih dahulu, sebuah padang Edelweiss yang telah disebutkan di atas.

lanskap Hutan Mati suasana pagi

Banyak pendaki memilih jalur Lembah Mati karena penasaran dengan Padang Edelweiss Tegal Alun. Sekitar satu setengah jam perjalanan dari Pondok Seladah. Di jalur ini, Anda akan disuguhi pemandangan Hutan Mati, rangkaian pepohonan tanpa daun dengan tanah putih yang menyuguhkan kesan mistis ala pegunungan.
Kegamangan akan menerpa ketika Anda melewati Hutan Mati saat hari masih gelap. Hampir semua arah mata angin bisa ditempuh, sementara hanya ada satu yang benar, yakni jalur yang dihiasi ikat kecil tali rafi di dahan pepohonan mati. Saran saya, sertakan orang yang sudah pernah mendaki Papandayan dalam perjalanan, atau tempuhlah jalur ini saat hari telah cerah.

Garlic Bread dan Nasi Obok, hanya di Papandayan

TAKE NOTHING BUT PICTURE
Edelweiss yang indah telah menanti sabar di Tegal Alun. Banyak pendaki yang berfoto ria di sini, memasak, ataupun sekedar beristirahat sejenak.  Setelah saya jelajahi, memang benar bahwa padang ini begitu luas, cocok untuk bersantai menenangkan diri. Beberapa pendaki memutuskan untuk tidak ke puncak. Beberapa karena pemandangan di puncak yang tak terlalu menggoda, karena kabut yang membatasi jarak pandang, ataupun karena petunjuk jalur yang kurang jelas (kegamangan kedua). Saya bersama rombongan termasuk di dalamnya.

Memilih segera menuruni tanjakan Mamang yang lumayan menantang, meniti Hutan Mati, membereskan tenda yang kami tinggal di Pondok Seladah, dan mencuci muka di aliran sungai berair terjun mungil. Anda tak akan menyesal bila “piknik gunung” di Papandayan ini.

sungai dengan air jernih khas pegunungan, air terjun mungil tidak tampak dalam gambar

AKSES dan KALKULASI RUPIAH

Asumsi awal: perjalanan dilakukan berombongan 17 hidung. Untuk perjalanan dengan kisaran orang yang lebih sedikit ataupun banyak, Anda dapat memperkirakannya.

[14.000 tiap hidung] bus kelas pendaki Bandung-Garut (Terminal Cicaheum-Guntur), bila berangkat dari Jakarta (Kampung Rambutan), kena libas 36.000.

[100.000 untuk 17 hidung] sewa angkot Terminal Guntur-Gerbang Cisurupan, jika per orang, kena tebas 15.000 tiap hidung.

 [350.000 untuk 17 hidung] pick-up Gerbang Cisurupan-Parkir Papandayan, jika per orang, kena gilas 20.000 orang tiap hidung.

[2.000+iuran sukarela] tiket masuk pendakian.

Bagaimana saudara-saudara, ekonomis bukan?










5 komentar:

  1. lumayan wan jd ada visitor dr oita haha :D
    BIKIN SIRIIIIIIIIIIKKKKKKKKKKKKKK :(

    BalasHapus
  2. alhamdulillah ndaa, haha biasanya cuma jakarta ato bandung..
    tapi beneran loh ga berat, pake sendal jepit eiger juga oke2 aja..

    BalasHapus
  3. Wah boleh :D,,jadi pas kalian di papandayan ane lagi di Manglayang sebrang kalian,,ngebayangin kalian lagi ngapain disana :D,dan kalo boleh ngebandingin,,,manglayang=harga jauuuh lebih ekonomis,Medan terjal banget(70 derajat),keadaan alam nothing special(ga ada sungai,atau daerah unik macam lembah mati) ,,silahkan kalo mau coba :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. boleh tuh Fad, tapi 70 derajat itu ga bakal terbayar sama view khas pegunungan dong? paling ada nilai kepuasannya aja yang didapet, mungkin persis Puncak 1 Salak, medan jempolan tapi no view there :) murni menguji adrenalin..

      Hapus
  4. Gunung Papandayan memag sangat bagus, aku rasa semua lengkap,dari hutan mati dan ladangedelwis yang lebat banget.. tgl 24 yukkkk

    BalasHapus