Pages

Senin, 13 Mei 2013

Selalu Ada Celah untuk Bepergian


Sekali saja ada instruksi kepala sekolah bahwa Foranza mendapat bingkisan hadiah hari libur, spontan pemikiran kami bercabang-cabang, membaca kemungkinan “target operasi jelajah” ceria kami menjelang terurainya kebersamaan ini pada penghujung Mei nanti.

Melihat hanya empat hari, beberapa yang mungkin bisa dilakukan adalah perjalanan kecil di sekitar kampus Insan Cendekia, atau sebuah acara nostalgia yang membawa kita pada pemutaran ulang  film dokumenter, yang ada padanya  kisah-kisah di dalam dan di luar kelas dua tahun silam. Ya, berkumpul bersama teman-teman sekelas semasa kelas satu SMA. Bukan apa-apa, tetapi kenangan saat pertama kali mendapat teman yang beragam karakter dari beragam daerah selalu meninggalkan jejak dalam pikiran.

1.      Visaga & Cafe Batavia
Sebuah tradisi kekeluargaan yang cukup unik tumbuh lestari di Insan Cendekia, yang lazim disebut TITAN (Tiga Angkatan). Adalah sebuah event yang dihelat setiap kelas satu SMA dari tiga generasi, berisi game-game atau performance  sesuai kreatifitas masing-masing kelas. Acara ini biasanya berada di akhir tahun pelajaran, sebagai salah satu bingkisan bekal untuk generasi yang sebentar lagi akan mohon diri dari Insan Cendekia.

Kebetulan, kelas yang pertama kali menggelar acara ini adalah kelas Visaga(Viva Satu Tiga), yakni pada hari Kamis, 9 Mei 2013 dengan nama Cafe Batavia. Sekitar pukul setengah delapan pagi, 70-an orang berbondong menuju Ruang Kelas Baru dengan kaos kelas terpakai di badan, dua kado berbungkus kertas koran terbawa di tangan, dan tentunya senyum merekah yang beriringan.
suka cita kakak-adik absen

Dari narasumber, diceritakan bahwa TITAN kelas mereka ini diisi dengan games, award, tukar kado, dan kejutan-kejutan kecil untuk tiga ketua kelas dari tiga generasi. “Kata gue titan mereka keren banget diliat dari dekornya yang total. Acaranya juga seru ada small rtagenya juga,”demikian penuturan seorang mantan siswa kelas X-3 yang sebentar lagi akan diwisuda, Minakhus Sania.
foto bersama
2.      Serbu Rumah Pak Rapiq!
Silaturrahmi ke rumah wali kelas juga menjadi ritual wajib tahunan bagi sebagian kelas di Insan Cendekia, salah satunya kelas X-4. Bagi saya, ini merupakan tradisi yang sangat positif. Selain menguatkan keakraban diantara kami, silaturrahmi ini juga dapat menjalin hubungan yang dekat-hangat antara guru dan murid.Kamis, bertepatan dengan Café Batavia kelas X-3 kami berangkat menuju kawasan Gunung Sindur, Bogor dengan menggunakan taksi.

Menjadi catatan untuk silaturrahmi selanjutnya bahwa, kami harus mengkonfirmasi dengan jelas niat kedatangan sebelum kami melaju ke Gunung Sindur. Andai saja kami tak berpapasan dengan Pak Rapiq di tengah jalan, jadilah kami bersilaturrahmi di rumah tak berpenghuni karena saat itu beliau hendak bepergian bersama famili. Sehingga kami memohon maaf pada Pak Rapiq atas penghancuran rencana jalan-jalan keluarga beliau.

Karena sifatnya yang impromtu , maka Pak Rapiq pun tak mempersiapkan apa pun untuk kami. Sehingga agenda pertama adalah berbelanja! Teman saya duo U, Unik dan Ucit diajak Pak Rapiq ke pasar terdekat untuk membeli sayuran segar. Kami yang menunggu di rumah beliau sambil bermain congklak. Dan setelah Pak Rapiq kembali, teman-teman perempuan mulai memasak untuk kami semua, sebagai kodrat seorang wanita #tssah.
serunya main congklak

Pak Rapiq di masa muda
Kami bercengkerama, mendengar informasi-informasi penting dari Pak Rapiq tentang Insan Cendekia yang sebelumnya tak kami ketahui. Kami dekat. Seperti kawan sepermainan saja dengan beliau. Dan pada momen epilog, kami menmpersembahkan replika kertas(papercraft) mobil merah milik Pak Rapiq. Buncah dan senyum tersimpul dengan jelas terlukis di wajah Pak Rapiq. Teman perempuan pun tak menyangka bahwa yang kami berikan adalah replika mobil yang menjadi kebanggaan Pak Rapiq itu.
Pak Rapiq dan mobilnya yang "menciut"
“Hari yang menyenangkan. Dikunjungi anak X4. Berbagi cerita dan cita-cita. Mulai dari kasus yang galau sampai prestasi kemilau. Sungguh, mereka anak-anak IC yang membanggakan. Semoga Allah melancarkan dan mengabulkan cita-cita kalian. Semoga hari ini berkah dan menyenangkan. Amin.” Demikian dituturkan oleh Pak Rapiq pada account FB beliau.
x-4 bersama Pak Rapiq&keluarga

Kenangan itu telah terpanggil kembali. Tawa teman-teman dan senyum guru kami datang sebagai bukti.

3.      European Movie Day at Erasmus Huis
Terasa menarik di telinga ketika saya mendengar bahwa Festival Film Eropa sedang dihelat di beberapa kota, salah satunya di Jakarta. Pemutaran 10 hari tanpa henti dari siang hingga malam di kantor-kantor kedutaan negara Eropa(Goethe Haus, Erasmus Huis, Instituto Italiano, IFI Salemba, SAE Jakarta, dan Kunstkring). Berbagai genre film disajikan mulai dari children, documentary, hingga thriller yang berasal dari puluhan negara Eropa. Kami sendiri memilih Erasmus Haus karena kapasitasnya yang paling banyak yakni 320, khawatir tak kebagian seat.

Berangkat dari Insan Cendekia, butuh waktu sekitar 1,5 jam untuk mencapai Kawasan Rasuna Said di Kuningan, tempat berdiri banyak kantor kedutaan:Swiss, Belanda, India, Polandia, dst. Meski film baru mulai tengah, kami telah sampai di lokasi 1,5 jam sebelumnya. Dan tragisnya, satpam yang cukup ganas tak mempersilakan kami masuk dan harus menunggu di luar area Kedutaan Belanda. Mall kecil dekat Univ.Bakrie menjadi pilihan “barak pengungsian”.
pajangan berbagai arsitektur Belanda

perpustakaan Erasmus Huis

Foranza at Erasmus Huis

Total ada tiga film yang kami saksikan. Sammy 2, yang dengan menyesalnya saya menyadari bahwa itu adalah film anak-anak mirip Nemo, berasal dari Belgia. Setidaknya membuat saya sedikit terhibur dengan humornya. Film kedua, The King Jari Litmanen, film dokumenter-biografi seorang pemain legendaris Finlandia yang pernah bermain di Ajax, Barcelona, dan Liverpool. Di tengah pemutaran film ini, seorang Foranza datang, Hanifah, untuk bergabung bersama kami.
auditorium tempat nonton

Klimaksnya adalah The Fourth State, thriller Jerman yang membicarakan konspirasi politik dengan kedok terorisme yang melibatkan seorang jurnalis Jerman. Film yang seru dan menantang adrenalin dengan bertaburkan adegan yang membuat jantung berdetak lebih cepat.

Bersyukur benar, ketika 4 hari liburan singkat ini tak berakhir di dipan kecil asrama yang sebentar lagi kami tinggalkan. Karena Allah, juga karena Foranza yang gemar betul jalan-jalan:).





  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar