Sekali saja ada instruksi kepala sekolah bahwa Foranza
mendapat bingkisan hadiah
hari libur, spontan pemikiran kami bercabang-cabang, membaca kemungkinan “target operasi jelajah” ceria kami menjelang terurainya
kebersamaan ini pada penghujung Mei nanti.
Melihat
hanya empat hari, beberapa yang mungkin bisa dilakukan adalah perjalanan
kecil di sekitar kampus Insan Cendekia, atau sebuah acara nostalgia yang
membawa kita pada pemutaran ulang “film dokumenter”, yang ada padanya kisah-kisah di dalam dan di luar kelas dua tahun silam. Ya,
berkumpul bersama teman-teman sekelas semasa kelas satu SMA. Bukan apa-apa,
tetapi kenangan saat pertama kali mendapat teman yang beragam karakter dari
beragam daerah selalu meninggalkan jejak dalam pikiran.
1. Visaga & Cafe Batavia
Sebuah tradisi kekeluargaan yang cukup unik tumbuh lestari di Insan
Cendekia, yang lazim disebut TITAN (Tiga Angkatan). Adalah sebuah event yang dihelat setiap kelas satu SMA
dari tiga generasi, berisi game-game
atau performance sesuai kreatifitas masing-masing kelas. Acara
ini biasanya berada di akhir tahun pelajaran, sebagai salah satu bingkisan
bekal untuk generasi yang sebentar lagi akan mohon diri dari Insan Cendekia.
Kebetulan, kelas yang pertama kali menggelar acara ini adalah kelas
Visaga(Viva Satu Tiga), yakni pada hari Kamis, 9 Mei 2013 dengan nama Cafe
Batavia. Sekitar pukul setengah delapan pagi, 70-an orang berbondong menuju
Ruang Kelas Baru dengan kaos kelas terpakai di badan, dua kado berbungkus
kertas koran terbawa di tangan, dan tentunya senyum merekah yang beriringan.
Dari narasumber, diceritakan bahwa TITAN kelas mereka ini diisi dengan
games, award, tukar kado, dan kejutan-kejutan kecil untuk tiga ketua kelas dari
tiga generasi. “Kata gue titan mereka keren banget diliat dari dekornya yang
total. Acaranya juga seru ada small rtagenya juga,”demikian penuturan seorang
mantan siswa kelas X-3 yang sebentar lagi akan diwisuda, Minakhus Sania.
foto bersama |
2. Serbu Rumah Pak Rapiq!
Silaturrahmi ke rumah wali kelas juga menjadi ritual wajib tahunan bagi
sebagian kelas di Insan Cendekia, salah satunya kelas X-4. Bagi saya, ini
merupakan tradisi yang sangat positif. Selain menguatkan keakraban diantara
kami, silaturrahmi ini juga dapat menjalin hubungan yang dekat-hangat antara guru dan murid.Kamis,
bertepatan dengan Café Batavia
kelas X-3 kami berangkat menuju kawasan
Gunung Sindur, Bogor dengan menggunakan taksi.
Menjadi catatan untuk silaturrahmi selanjutnya bahwa, kami harus
mengkonfirmasi dengan jelas niat kedatangan sebelum kami melaju ke Gunung
Sindur. Andai saja kami tak berpapasan dengan Pak Rapiq di tengah jalan, jadilah kami bersilaturrahmi di
rumah tak berpenghuni karena saat itu beliau hendak bepergian bersama famili. Sehingga kami memohon
maaf pada Pak Rapiq atas penghancuran
rencana jalan-jalan
keluarga beliau.
Karena sifatnya yang impromtu , maka Pak Rapiq pun tak mempersiapkan apa
pun untuk kami. Sehingga agenda pertama adalah berbelanja! Teman saya duo U,
Unik dan Ucit diajak Pak Rapiq ke pasar terdekat untuk membeli sayuran segar.
Kami yang menunggu di rumah beliau sambil bermain congklak. Dan setelah Pak
Rapiq kembali, teman-teman perempuan mulai memasak untuk kami semua, sebagai kodrat seorang wanita
#tssah.
serunya main congklak |
Kami bercengkerama, mendengar informasi-informasi penting dari Pak Rapiq
tentang Insan Cendekia yang sebelumnya tak kami ketahui. Kami dekat. Seperti
kawan sepermainan saja dengan beliau. Dan pada momen epilog, kami menmpersembahkan
replika kertas(papercraft) mobil merah milik Pak Rapiq. Buncah dan senyum tersimpul dengan jelas
terlukis di wajah Pak Rapiq. Teman perempuan pun tak menyangka bahwa yang kami
berikan adalah replika mobil yang menjadi kebanggaan Pak Rapiq itu.
“Hari yang menyenangkan. Dikunjungi anak X4. Berbagi cerita dan
cita-cita. Mulai dari kasus yang galau sampai prestasi kemilau. Sungguh, mereka
anak-anak IC yang membanggakan. Semoga Allah melancarkan dan mengabulkan
cita-cita kalian. Semoga hari ini berkah dan menyenangkan. Amin.” Demikian
dituturkan oleh Pak Rapiq pada account FB
beliau.
Kenangan itu telah terpanggil kembali. Tawa teman-teman dan senyum guru
kami datang sebagai bukti.
3. European Movie Day at Erasmus Huis
Berangkat dari Insan Cendekia, butuh waktu sekitar 1,5 jam untuk mencapai
Kawasan Rasuna Said di Kuningan, tempat berdiri banyak kantor kedutaan:Swiss,
Belanda, India, Polandia, dst. Meski film baru mulai tengah, kami telah sampai
di lokasi 1,5 jam sebelumnya. Dan tragisnya, satpam yang cukup ganas tak
mempersilakan kami masuk dan harus menunggu di luar area Kedutaan Belanda. Mall
kecil dekat Univ.Bakrie menjadi pilihan “barak pengungsian”.
Total ada tiga film yang kami saksikan. Sammy 2, yang dengan menyesalnya
saya menyadari bahwa itu adalah film anak-anak mirip Nemo, berasal dari Belgia.
Setidaknya membuat saya sedikit terhibur dengan humornya. Film kedua, The King
Jari Litmanen, film dokumenter-biografi seorang pemain legendaris Finlandia
yang pernah bermain di Ajax, Barcelona, dan Liverpool. Di tengah pemutaran film
ini, seorang Foranza datang, Hanifah, untuk bergabung bersama kami.
auditorium tempat nonton |
Klimaksnya adalah The Fourth State, thriller Jerman yang membicarakan konspirasi politik dengan kedok terorisme yang melibatkan seorang jurnalis Jerman. Film yang seru dan menantang adrenalin dengan bertaburkan adegan yang membuat jantung berdetak lebih cepat.
Bersyukur benar, ketika 4 hari liburan singkat ini tak berakhir di dipan
kecil asrama yang sebentar lagi kami tinggalkan. Karena Allah, juga karena
Foranza yang gemar
betul jalan-jalan:).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar