Selepas
pesta akbar Ujian Nasional, banyak alternatif yang bisa dipilih untuk
mengisi waktu penyegaran. Beberapa diantara kami ada yang bertemu sanak
famili melepas rindu, mengikuti perlombaan di Jogja, menonton film,
mendaki gunung, dan satu yang spesial:menghadiri undangan pernikahan.
Entah disengaja atau tidak, pernikahan dua guru Bahasa Arab, yakni Pak
Zain dan Bu Novi, bertepatan dengan libur pasca-UN Foranza Sillnova.
Sejenak flashback, saat itu sedang begitu intensnya kami mengikuti bimbingan ujian, kami menerima undangan pernikahan bertuliskan kepada Foranza Sillnova di bagian depan. Tentu saja kami sontak menyambut baik kabar mengejutkan ini. Betapa tidak, dua orang guru kami mengikatkan diri dalam satu ikatan suci.
undangan pernikahan |
Perjuangan. Satu ini yang menjadi kesan untuk salah satu rangkaian ForanzaParahyangan episode kali ini. Lebih jauh, yakni tentang bagaimana kami mencapai lokasi resepsi. Secara garis besar, ada tiga cara yang ditempuh. Cara pertama adalah dengan menyewa bis, berangkat dari Kampus Insan Cendekia. Kemudian menggunakan beberapa mobil pribadi, berangkat dari Bekasi. Dan yang paling ekstrim-menantang, adalah dengan nge-BM, sebutan yang berpengertian menumpang mobil bak terbuka atau truk yang lalu lalang di jalan raya.
Tak
satupun dari ketiganya yang lolos dari jebakan macet jalanan. Bisa
terbayangkan bagaimana teman-teman mati gaya sekian jam hanya melihat
mobil dan truk yang bergerak meter demi meter karena kondisi jalan yang
digenangi coklat air hujan. Dan itu berlangsung lebih dari 7 jam. Kalau
saja udara lembab, bisa-bisa tubuh jadi lumutan :D
Pada
akhirnya, teman-teman saya yang berkesempatan turut serta tak bisa
bertamu dalam waktu yang bersamaan. Juara pertama adalah rombongan bis
berisikan 29 orang yang berhasil mencapai garis finis pukul 9 pagi.
Juara kedua adalah beberapa mobil pribadi berisikan teman-teman akhwat
beserta keluarganya, dan berhasil datang sekitar waktu ashar, sehingga
waktu yang mereka habiskan di perjalanan sekitar 10 jam.
![]() |
rombongan mobil pribadi |
Dan
yang menyedihkan adalah kawanan BM yang sejak siang hari sebelumnya
telah berangkat namun baru sampai di Tempat Kejadian Pernikahan saat
Iqomah Salat Maghrib berkumandang.
![]() |
demi Bu Novi & Pak Zain |
Namun
segalanya terobati ketika mereka yang hadir bisa memberi selamat pada
kedua mempelai. Teriring jua tulus doa untuk kelanggengan tali kasih
antara keduanya. Terekam jelas dalam foto kebahagiaan teman-teman
Foranza, dan tentu saja kebahagiaan tak terperi Pak Zain dan Bu Novi
yang banyak orang telah dengan segala perjuangan datang ke lokasi
resepsi mereka.
Sedikit
bercerita, bahwa perjalanan Bu Novi untuk sampai pada jenjang pelaminan
ini juga melalui perjuangan yang ternyata lebih mengharukan. Ibu guru
Bahasa Arab kami ini sebenarnya telah mulai mencari pendamping hidupnya
sejak 2003 dengan proses taaruf seperti yang diajarkan Nabi. Telah 28
kali Bu Novi meneteskan air mata kecewa ketika proses perkenalan
berakhir dengan ketidakberjodohan. Salah satu kisah biru yang berujung
kebuntuan adalah dengan Pak Zainuri sendiri yang dua tahun lalu menolak
dijodohkan oleh waka madrasah keasramaan. Dan Juni 2012 menjadi klimaks
keputusasaannya berikhtiar, dan memilih untuk sejenak menenangkan diri.
Hingga
pada pertengahan Februari lalu, kejadian yang cukup lucu terjadi. Pak
Zain menawarkan pada Bu Novi seorang teman untuk menjadi suaminya dengan
memastikan bahwa Bu Novi belum mempunyai calon suami. Kecurigaan
seketika timbul ketika Pak Zain menyebutkan bahwa temannya ini adalah
orang Kudus, lulusan LIPIA, dan berprofesi sebagai seorang guru.
Bukankah itu adalah deskripsi diri dari Pak Zain? Haha, lucu sekali
beliau ini, saya jadi teringat cara mengajarnya yang ringan-jenaka.
![]() |
senyum bahagia dengan warna favorit:ungu |
Tidak
banyak basa-basi, Pak Zain pun mantap mendatangi orang tua Bu Novi dan
menyatakan niatan tulusnya. Dan ajaib, ayah Bu Novi langsung mengiyakan.
Pada akhirnya, 20 April menjadi epilog kisah merah hitam-merah jambu
ini:ijab kabul di Masjid Ciawi Tasikmalaya. Melankolis tapi cukup
menghibur, saudara-saudara.
Terlepas
dari foto-foto dan makan-makan di lokasi resepsi yang meriah, secara
tak langsung setiap diri Foranza telah diberi satu pertanyaan yang
jawabannya tak perlu diutarakan. Tentang masa depan, bersama siapa akan
menjalani partisi kehidupan yang sebentar lagi menghampiri.
Bersama seseorang yang kita temui di tempat kerja, seperti Pak Zain dan Bu Novi misalnya. Bersama seseorang yang kita jumpai di gerbong kereta bisnis, seperti tante saya. Atau bersama teman satu SMA, seperti yang saya jumpai pada kakak-kakak kelas terdahulu di Insan Cendekia? haha, siapa yang berani memberi kepastian, selain Yang Maha Mempersatukan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar