Pages

Senin, 22 April 2013

Atas Nama Kasih yang Tak Pudar (foranzakondangan)

Selepas pesta akbar Ujian Nasional, banyak alternatif yang bisa dipilih untuk mengisi waktu penyegaran. Beberapa diantara kami ada yang bertemu sanak famili melepas rindu, mengikuti perlombaan di Jogja, menonton film, mendaki gunung, dan satu yang spesial:menghadiri undangan pernikahan. Entah disengaja atau tidak, pernikahan dua guru Bahasa Arab, yakni Pak Zain dan Bu Novi, bertepatan dengan libur pasca-UN Foranza Sillnova.

Sejenak flashback, saat itu sedang begitu intensnya kami mengikuti bimbingan ujian, kami menerima undangan pernikahan bertuliskan kepada Foranza Sillnova di bagian depan. Tentu saja kami sontak menyambut baik kabar mengejutkan ini. Betapa tidak, dua orang guru kami mengikatkan diri dalam satu ikatan suci.

undangan pernikahan

Perjuangan. Satu ini yang menjadi kesan untuk salah satu rangkaian ForanzaParahyangan episode kali ini. Lebih jauh, yakni tentang bagaimana kami  mencapai lokasi resepsi. Secara garis besar, ada tiga cara yang ditempuh. Cara pertama adalah dengan menyewa bis, berangkat dari Kampus Insan Cendekia. Kemudian menggunakan beberapa mobil pribadi, berangkat dari Bekasi. Dan yang paling ekstrim-menantang, adalah dengan nge-BM, sebutan yang berpengertian menumpang mobil bak terbuka atau truk yang lalu lalang di jalan raya.
Tak satupun dari ketiganya yang lolos dari jebakan macet jalanan. Bisa terbayangkan bagaimana teman-teman  mati gaya sekian jam hanya melihat mobil dan truk yang bergerak meter demi meter karena kondisi jalan yang digenangi coklat air hujan. Dan itu berlangsung lebih dari 7 jam. Kalau saja udara lembab, bisa-bisa tubuh jadi lumutan :D
Pada akhirnya, teman-teman saya yang berkesempatan turut serta tak bisa bertamu dalam waktu yang bersamaan. Juara pertama adalah rombongan bis berisikan 29 orang yang berhasil mencapai garis finis pukul 9 pagi. Juara kedua adalah beberapa mobil pribadi berisikan teman-teman akhwat beserta keluarganya, dan berhasil datang sekitar waktu ashar, sehingga waktu yang mereka habiskan di perjalanan sekitar 10 jam.
rombongan mobil pribadi

Dan yang menyedihkan adalah kawanan BM yang sejak siang hari sebelumnya telah berangkat namun baru sampai di Tempat Kejadian Pernikahan saat Iqomah Salat Maghrib berkumandang.

demi Bu Novi & Pak Zain
Namun segalanya terobati ketika mereka yang hadir bisa memberi selamat pada kedua mempelai. Teriring jua tulus doa untuk kelanggengan tali kasih antara keduanya. Terekam jelas dalam foto kebahagiaan teman-teman Foranza, dan tentu saja kebahagiaan tak terperi Pak Zain dan Bu Novi yang banyak orang telah dengan segala perjuangan datang ke lokasi resepsi mereka.
Sedikit bercerita, bahwa perjalanan Bu Novi untuk sampai pada jenjang pelaminan ini juga melalui perjuangan yang ternyata lebih mengharukan. Ibu guru Bahasa Arab kami ini sebenarnya telah mulai mencari pendamping hidupnya sejak 2003 dengan proses taaruf seperti yang diajarkan Nabi. Telah 28 kali Bu Novi meneteskan air mata kecewa ketika proses perkenalan berakhir dengan ketidakberjodohan. Salah satu kisah biru yang berujung kebuntuan adalah dengan Pak Zainuri sendiri yang dua tahun lalu menolak dijodohkan oleh waka madrasah keasramaan. Dan Juni 2012 menjadi klimaks keputusasaannya berikhtiar, dan memilih untuk sejenak menenangkan diri.
Hingga pada pertengahan Februari lalu, kejadian yang cukup lucu terjadi. Pak Zain menawarkan pada Bu Novi seorang teman untuk menjadi suaminya dengan memastikan bahwa Bu Novi belum mempunyai calon suami. Kecurigaan seketika timbul ketika Pak Zain menyebutkan bahwa temannya ini adalah orang Kudus, lulusan LIPIA, dan berprofesi sebagai seorang guru. Bukankah itu adalah deskripsi diri dari Pak Zain? Haha, lucu sekali beliau ini, saya jadi teringat cara mengajarnya yang ringan-jenaka.
senyum bahagia dengan warna favorit:ungu
Tidak banyak basa-basi, Pak Zain pun mantap mendatangi orang tua Bu Novi dan menyatakan niatan tulusnya. Dan ajaib, ayah Bu Novi langsung mengiyakan. Pada akhirnya, 20 April menjadi epilog kisah merah hitam-merah jambu ini:ijab kabul di Masjid Ciawi Tasikmalaya. Melankolis tapi cukup menghibur, saudara-saudara.
Terlepas dari foto-foto dan makan-makan di lokasi resepsi yang meriah, secara tak langsung setiap diri Foranza telah diberi satu pertanyaan yang jawabannya tak perlu diutarakan. Tentang masa depan, bersama siapa akan menjalani partisi kehidupan yang sebentar lagi menghampiri.

Bersama seseorang yang kita temui di tempat kerja, seperti Pak Zain dan Bu Novi misalnya. Bersama seseorang  yang kita jumpai di gerbong kereta bisnis, seperti tante saya. Atau bersama teman satu SMA, seperti yang saya jumpai pada kakak-kakak kelas terdahulu di Insan Cendekia? haha, siapa yang berani memberi kepastian, selain Yang Maha Mempersatukan?
                                      


Tidak ada komentar:

Posting Komentar