Lima jam perjalanan
darat mulai pukul 3 pagi, untuk enam target yang disambangi dalam tempo dua
hari dua hari jalan-jalan ringan tanpa beban yang bahagia dan menyenangkan.
PTLP Kamojang
Pertama kali
menginjakkan kaki, kami langsung disambut bau belerang yang cukup berasa. PT
Indonesia Power merupakan pembangkit listrik geothermal pertama di Indonesia
yang berdiri pada 1983 yang katanya akan direvitalisasi pada dua tahun yang
akan datang. Menyuplai listrik untuk sebagian wilayah Bandung Selatan, Bogor,
dan tentunya Garut. Kami diberi penjelasan sebentar oleh bapak-bapak bersetelan
hitam dan berhelm putih yang tampak sangat senior.
Bahwa reservoir yang
memberi energi untuk pembangkit ini berada di kedalaman 1.700 meter dari
permukaan, terdapat 25 titik sumur pengeboran milik Pertamina yang akan
menghasilkan 1.200 ton uap tiap jamnya, yang dari uap itu akan menghasilkan
listrik 140 ribu kW.
Beberapa kawah dapat
ditemukan dengan karakternya masing-masing. Kawah Kereta Api yang bertekanan
gas tinggi, yang ketika bambu diletakkan di atas lubang kawah, akan terdengar
suara kereta uap jaman Belanda. Kemudian Kawah Hujan, yang menurut cerita bahwa
dulunya uap yang dihasilkan dapat menimbulkan hujan ringan. Walau menurut
logika keilmuan saya belum bisa menerima, namun mungkin memang benar-benar
terjadi. Yang terakhir adalah Kawah Baru, dinamai “Baru” karena kawah ini
merupakan kawah pindahan dari kawah yang lain.
Sumber Alam
Mendengar percakapan
beberapa teman, saya kaget bahwa ternyata SumbeAlam merupakan satu dari 25
resort paling romantis di Indonesia. Saya langsung menaruh prasangka baik pada
tempat ini yang memang saat saya datang, praduga saya benar adanya.
Fasilitas nyaman
begitu memanjakan kami semua. Kolam renang air hangat tanpa kaporit, bungalow
yang “mengapung” pada kolam teratai yang saat itu sedang bermekaran, restoran
ala hotel berbintang dengan makan malam dan sarapan berlimpah, dan tempat
berendam santai di tiap kamar. Di sana kami bermain beberapa game, termasuk
membuat menara manusia untuk merengkuh bendera angkatan yang diikat di atas
tanah lapang. Juga Farewell Party pada malam hari dengan beberapa kejutan,
salah satunya adalah Ibu Rene yang mendendangkan “Terajana” di depan anak
didiknya.
Akar Wangi
Adalah rumah souvenir
yang berkonsentrasi pada kerajinan akar wangi yang berbau khas. Beberapa teman
tertarik dan antusias membeli cenderamata mungil untuk adik absen mereka atau
seseorang spesial.
Dodol Picnic
Kami berkunjung di
perusahaan dodol yang (mungkin) paling tersohor di Garut. Lansung saja kami
disambut dengan berpiring dodol yang ditaruh pada meja bersusun panjang. Kami
hanya menerima penjelasan singkat tanpa berkeliling melihat proses produksi.
Yang saya kagetkan adalah, ketika sesi penjelasan berakhir kami diberi semacam
muhasabah atau siraman rohani dengan iringan musik Kitaro. Dan lagi, perusahaan
dodol ini menjadi sponsor olahraga balap sepeda. Ternyata setelah dijelaskan, anggota keluarga dari penerus
perusahaan ini menggemari olahraga balap sepeda. Kunjungan ditutup dengan belanja oleh-oleh beraneka rupa.
Chocodot
Terlihat di samping
gerai Chocodot (Chocolate Dodol Garut) seorang mas-mas yang berseragam sedang
mendemonstrasikan cara membuat coklat yang dicampur dengan dodol. Karena saya
bosan, saya langsung menuju outlet untuk melihat-lihat produk yang ditawarkan.
Kreatifitas mereka begitu tinggi. Mulai dari coklat yang rasanya pedas hingga
Coklat Enteng Jodoh. Hahaha, ada-ada saja Si Chocodot ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar